Standing Committee on Human Rights and Peace (SCORP) adalah salah satu dari enam Standing Committee yang dimiliki oleh Center for Indonesian Medical Students’ Actvities (CIMSA). SCORP – CIMSA diadaptasi dari SCORP International Federation of Medical Students’ Associations (IFMSA) yang didirikan pada tahun 1983. Sementara untuk di Indonesia sendiri, SCORP – CIMSA berdiri bersama dengan sejarah dibentuknya CIMSA pada tahun 2001.
Pada saat didirikan pada tahun 1983, komite ini masih bernama SCOR. Misi dari SCOR adalah memberikan perhatian khusus terhadap masalah pengungsi dan berpartisipasi aktif dalam upaya memberikan bantuan. Namun disadari kegiatan yang dilakukan hanya terbatas untuk jangka waktu yang singkat dan bersifat paliatif. Yang terbaik adalah melakukan tindakan pencegahan terhadap timbulnya konflik ataupun bencana alam dan pelanggaran HAM. Maka dengan itu, dibentuklah Standing Committee on Refugees and Peace pada tahun 1994.
Pengungsi, Internally Displaced People (IDP) dan orang-orang jalanan adalah sekelompok populasi dunia yang rentan terhadap masalah kesehatan dan pelanggaran HAM, terlebih lagi di Indonesia yang memiliki keragaman geografis dan budaya.
Selain upaya pencegahan terhadap adanya konflik dan munculnya masalah pengungsi, SCORP juga bergerak dalam aktivitas anti kekerasan sebagai jalan penyelesaian konflik. Dengan kata lain, SCORP berupaya untuk menciptakan dunia yang penuh kedamaian khususnya di Indonesia.
·
Issues Stressed
Issues Stressed
1. Masalah Pengungsi
Saat ini tercatat sekitar 11 juta manusia di bumi hidup menjadi pengungsi baik yang diakibatkan oleh pelanggaran HAM, konflik sosial dan politik, bencana alam ataupun perang. Di Indonesia sendiri gelombang pengungsi terus ada, hal ini dikarenakan adanya konflik SARA, konflik sosial, bencana alam atau karena diberlakukannya darurat militer. Oleh karena itu, mahasiswa kedokteran sebagai calon dokter seharusnya aktif menjalankan peran pentingnya dalam menciptakan kondisi kehidupan yang kondusif bagi para pengungsi dan memenuhi standar minimum khususnya di bidang kesehatan. Sementara itu kurikulum kedokteran tentang penanganan masalah pengungsi tidaklah dirasa cukup. Maka dari itu, SCORP menjadi bentuk implementasi dari pendidikan yang diperoleh oleh mahasiswa kedokteran di bangku kuliah.
Saat ini tercatat sekitar 11 juta manusia di bumi hidup menjadi pengungsi baik yang diakibatkan oleh pelanggaran HAM, konflik sosial dan politik, bencana alam ataupun perang. Di Indonesia sendiri gelombang pengungsi terus ada, hal ini dikarenakan adanya konflik SARA, konflik sosial, bencana alam atau karena diberlakukannya darurat militer. Oleh karena itu, mahasiswa kedokteran sebagai calon dokter seharusnya aktif menjalankan peran pentingnya dalam menciptakan kondisi kehidupan yang kondusif bagi para pengungsi dan memenuhi standar minimum khususnya di bidang kesehatan. Sementara itu kurikulum kedokteran tentang penanganan masalah pengungsi tidaklah dirasa cukup. Maka dari itu, SCORP menjadi bentuk implementasi dari pendidikan yang diperoleh oleh mahasiswa kedokteran di bangku kuliah.
2. Hak Asasi Manusia
Meskipun the Universal Declaration of Human Rights (UDHR) telah di bentuk pada tahun 1948, namun pada kenyataan masih banyak hak-hak asasi yang belum ditegakkan dan begitu banyak pula pelanggaran terhadap hak-hak asasi manusia. Di Indonesia sendiri telah dibentuk KOMNAS HAM yang bertujuan melindungi hak-hak masyarakat serta menindak pelaku pelanggaran HAM. Namun kinerjanya masih belum maksimal, hal ini terbukti dengan masih banyaknya pelanggaran hak asasi terhadap para wanita, anak-anak, orang-orang miskin dan banyak lainnya. Untuk itu mahasiswa kedokteran perlu mengenal lebih jauh tentang HAM, bagaimana menjalankan dan menegakkannya serta mencegah terjadinya pelanggaran HAM. Dengan begitu dapat diimplementasikan dalam pendidikan kedokteran dan peran mahasiswa kedokteran sebagai tenaga medis di masa mendatang.
Meskipun the Universal Declaration of Human Rights (UDHR) telah di bentuk pada tahun 1948, namun pada kenyataan masih banyak hak-hak asasi yang belum ditegakkan dan begitu banyak pula pelanggaran terhadap hak-hak asasi manusia. Di Indonesia sendiri telah dibentuk KOMNAS HAM yang bertujuan melindungi hak-hak masyarakat serta menindak pelaku pelanggaran HAM. Namun kinerjanya masih belum maksimal, hal ini terbukti dengan masih banyaknya pelanggaran hak asasi terhadap para wanita, anak-anak, orang-orang miskin dan banyak lainnya. Untuk itu mahasiswa kedokteran perlu mengenal lebih jauh tentang HAM, bagaimana menjalankan dan menegakkannya serta mencegah terjadinya pelanggaran HAM. Dengan begitu dapat diimplementasikan dalam pendidikan kedokteran dan peran mahasiswa kedokteran sebagai tenaga medis di masa mendatang.
3. Perdamaian
Isu perdamaian menjadi penting dikala berbagai konflik pecah baik itu yang disebabkan oleh masalah sosial, SARA, ekonomi maupun politik. Dengan mengembangkan perdamaian dapat mencegah terjadinya konflik dan menjadi solusi konflik bukan dengan kekerasan seperti yang selama ini sering kita kenal. Dengan meningkatkan kesadaran manusia akan pentingnya nilai-nilai perdamaian mampu menciptakan iklim kehidupan manusia yang sehat, aman dan tentram sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup manusia itu sendiri. Bagaimanapun tindakan pencegahan adalah lebih baik daripada mengobati.
Isu perdamaian menjadi penting dikala berbagai konflik pecah baik itu yang disebabkan oleh masalah sosial, SARA, ekonomi maupun politik. Dengan mengembangkan perdamaian dapat mencegah terjadinya konflik dan menjadi solusi konflik bukan dengan kekerasan seperti yang selama ini sering kita kenal. Dengan meningkatkan kesadaran manusia akan pentingnya nilai-nilai perdamaian mampu menciptakan iklim kehidupan manusia yang sehat, aman dan tentram sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup manusia itu sendiri. Bagaimanapun tindakan pencegahan adalah lebih baik daripada mengobati.
· Activities
Kegiatan SCORP – CIMSA didasarkan atas segala hal yang menyangkut masalah hak asasi manusia dan perdamaian. Semuanya itu bertujuan meningkatkan kesadaran mahasiswa kedokteran dan masyarakat terhadap masalah kesehatan pengungsi, HAM dan perdamaian yang ada di sekitar kita. Bentuk dari kegiatan-kegiatan diatas dapat berupa kampanye, workshop, diskusi-diskusi dan studi-studi tentang pengungsi, HAM dan perdamaian.
Selain itu juga dilakukan aktivitas membantu lokasi-lokasi pengungsian, kampanye anti kekerasan, pengumpulan bantuan untuk pengungsi, bakti sosial dan khitanan massal untuk masyarakat tidak mampu, peduli terhadap anak jalanan, remaja anti tawuran, donor darah untuk korban kekerasan, SCORP Go Green, Workshop tentang Human Rights dan Pengungsi, dll
· Tengkurep
TENGKURP (Temu Kangen SCORP) adalah salah satu agenda rutin SCORP CIMSA UNISSULA untuk saling silaturahmi antara anggota SCORP CIMSA UNISSULA untuk lebih mengakrabkan sesama anggota.
· Care Health With SD binaan SCORP
Suatu kegiatan yang bertujuan untuk memantau status gizi anak-anak yang berada di SD Binaan SCORP
· TRUNCUS “Tree foR oUr Nation, Cimsa UniSsula
Gerakan penghijauan yang rutin di laksanakan SCORP Cimsa Unissula,
· Human Right Days
Struktur Organisasi
- LORP : Fikri Arief Hidayat
- Vice Int : Dewi Intisari
- Vice Ext : Vicky N
Secjen : 1. Tungga Dewi
2. Della Maulida
Treasure : 1. Mirza Mutia
2. Reta Fitriana K.
Fundrise : 1. Deviyanti Aulia
2. Niken Tia Ratna
Menkominfo : 1. Fiyan Bakhlul Ilmi
2. Marina Rizky
Humas : 1. Dicky Fitriyadi
2. Limas Siti S.
HRD : 1. Istigfarani
2. Estu Septianto
LO MER-C : 1. Adi Nugroho
2. Yulia Agustina
LO IDI : 1. Lura Sativa
2. M. Kemal Thoriq
No comments:
Post a Comment